Gadis Kastil dan Anak Laki-Laki Bola Rotan
Suatu hari Gadis kastil sedang berjalan-jalan di daerah perbatasan antara hutan dan desa. Cuaca sangat cerah terlihat dari balik ranting pohon ada secercah cahaya matahari menyilaukan mata, tanah yang kering sedikit berdebu, angin yang berhembus hangat dan suara tonggeret yang saling bersahutan. Gadis kastil bermain petak umpet bersama moli di hutan tropis tersebut. Ketika bersembunyi, Gadis kastil mendengar percakapan orang dewasa dan anak kecil. Gadis kastil mengendap-endap dibalik semak mendengar pembicaraan mereka dan lupa kalau moli sedang menunggu untuk dicari. Gadis kastil mendekat sambil mengintip di balik semak. Ada seorang anak laki-laki yang sedang makan semangka merah berair bersama seorang pria dan wanita yang terlihat seusia ibunya sedang berkumpul diatas tikar piknik bercorak kota-kotak putih dan merah. Pemandangan itu terlihat serasi dengan latar belakang desa di lembah, rumput hijau, pepohonan, dan langit biru yang ditemani gumpalan awan berbentuk permen kapas putih.
"Bagaimana nak? Apakah menyenangkan piknik di pinggir hutan?" kata pria berkumis sambil menaruh telapak tangan kanannya di kepala anak laki-laki dan tangan kirinya mencubit pipi anak laki-laki dengan wajah ceria.
"Iya yah. Disini tidak berisik seperti di daerah rumah kita. Jika sudah besar aku akan bermain ke sini sendiri" kata anak laki-laki sambil tersenyum lebar dengan rambut acak.
"Kenapa kamu tidak mengajak kami piknik kesini saat sudah dewasa?" tanya wanita bergaun merah berbintik putih sambil menyapukan selai stroberi di atas roti tawar.
"Saat dewasa aku akan sangat sibuk dan mendengar banyak suara. Aku melihat ibu dan ayah banyak berbicara dibanyak tempat. Itu terlihat melelahkan bukan?" tanya anak laki-laki.
"Saat dewasa nanti perlu untuk banyak bertemu dengan orang lain. Kita bisa berbagi dengan orang-orang yang kita percaya. Namun, kita tidak perlu memaksakan diri karena orang dewasa juga membutuhkan waktu bermain dan duduk sendirian untuk ngobrol dengan dirinya sendiri" jawab pria berkumis sambil bersiap merebahkan tubuhnya di atas tikar.
"Bagaimana kita berbicara dengan diri sendiri, yah?" tanya anak laki-laki sambil memakan roti selai stroberi yang diberikan wanita dewasa.
"Hmm. Ayah juga bingung menjelaskannya. Mungkin setelah dewasa kamu akan mengalaminya. Disuatu masa ada seseorang yang berbicara di pikiranmu dan suara lainnya menjawab di perasaanmu. Sangat menyenangkan mendengar mereka ngobrol" jawab pria dewasa sambil berusaha membuka matanya yang mulai mengantuk terkena angin.
"Kenapa kalian membahas hal-hal berat? Kamu terlihat berusia 20-an, nak. Sekarang waktunya bermain. Pergilah bersenang-senang. Kamu bisa berlari-lari di tempat luas ini, tetapi tetap berhati-hati" kata wanita dewasa sambil mengeluarkan bola rotan dari keranjang piknik berbahan rotan yang diselimuti kain kotak-kotak kuning dan putih.
Anak laki-laki mengambil bola berbahan rotan dan menendangnya kesana kemari sendirian. Anak laki-laki sangat senang walaupun cahaya matahari cukup terik hingga ia berkeringat. Ketika sedang asik menendang bola, anak laki-laki tidak sengaja menendang bola rotan ke arah semak dan mendengar suara jeritan.
"Aww. Sakit!" jerit gadis kastil terkena bola rotan yang mendarat tepat di atas kepalanya.
Anak laki-laki mengampiri semak hijau yang lebih tinggi dari dirinya untuk memeriksa suara tersebut dan mengambil bola. Anak laki-laki membelah dan mencari celah memasuki semak besar. Anak laki-laki terkejut melihat gadis kastil yang berjongkok sambil mengelus kepalanya dengan telapak tangan yang dihembus nafasnya.
"Maaf karena tidak sengaja menendang bolaku kesini. Apakah kamu baik-baik saja?" tanya anak laki-laki sambil mengelus kepala gadis kastil dengan tangan kanannya dan menggaruk belakang kepalanya sendiri dengan tangan kiri.
"Tentu saja sakit. Kamu melempar benda bulat itu ke atas kepalaku!" jawab gadis kastil dengan ketus.
"Maaf ya karena aku tidak sengaja" kata anak laki-laki dengan suara menurun.
"Baiklah. Kamu sedang apa di daerah ini?" tanya gadis kecil sambil membersihkan bagian bawah gaun putihnya dari lepasan bulir rumput liar.
"Aku, ayah, dan ibu sedang mencari udara segar dan bersantai di sekitar sini" jawab anak laki-laki sambil membungkuk untuk mengambil bola rotannya.
"Apa itu ayah?" tanya gadis kastil dengan wajah penasaran.
"Apakah kamu tidak tahu apa itu ayah? Ayahku adalah laki-laki dewasa berkumis yang sedang tiduran" jawab anak laki-laki sambil menunjuk pria dewasa yang tiduran dan menggaruk kecil ujung lubang hidungnya.
"Kenapa laki-laki itu dipanggil ayah? Apakah kamu juga ayah?" tanya gadis kastil lagi.
"Aku bukan seorang ayah. Ayah adalah pasangan ibu. Apakah kamu tahu banyak hal harus memiliki pasangannya. Dibandingkan sendiri ada baiknya memiliki teman akrab untuk berbagi. Ayah dan ibuku adalah sahabat sejak lama dan berjanji untuk bersama selamanya. Jika tidak ada ayah dan ibu, maka aku tidak ada di dunia ini" terang anak laki-laki kepada gadis kastil sambil memutar-mutar bola rotannya.
"Aku memiliki ibu, tetapi tidak memiliki ayah sepertimu. Bagaimana rasanya memiliki ayah?" tanya gadis kastil dengan wajah yang berpikir dan semakin penasaran.
"Sangat menyenangkan memiliki mereka berdua. Ibuku tidak bisa bermain bola rotan dengan baik seperti ayah. Jadi, aku bisa bermain bola rotan bersama ayah walaupun ibu melarang. Kadang-kadang kami pergi memancing berdua, mandi berdua, menaiki kuda keliling kota berdua, membeli pakaian berdua, dan makan mie instan berdua diam-diam sambil mendengarkan radio. Ada hal yang ibuku tidak bisa lakukan bersamaku atau ada larangan tertentu, tetapi ayah memperbolehkan asal aku menceritakannya kepada ayah" jawab anak laki-laki sambil menatap ayah dan ibunya dengan mata tersenyum memutar bola rotannya.
"Ibuku selalu melarangku dalam banyak hal. Aku tidak boleh berteman dengan banyak orang karena ibu bilang orang lain tidak bisa dipercaya. Kita hanya bisa percaya kepada diri sendiri. Jadi, aku tidak dekat dengan ibu ataupun keluargaku yang lain. Aku takut menjalin hubungan dengan mereka" kata gadis kastil sambil menunduk mengusap air mata yang muncul di ujung matanya.
"Suatu hari nanti kamu harus percaya dengan orang lain. Kamu harus percaya kepada dirimu lebih dulu. Kata ibu sebelum mempercayai orang lain harus mempercayai diri sendiri lebih dulu karena ketika kamu bercerita atau membagikan perasaanmu maka kamu memberi kepercayaan kepada orang itu untuk menerima perasaan atau cerita yang kamu bagikan. Kamu tidak boleh membaginya dengan sembarang orang" kata anak laki-laki sambil mengelus pelan kepala gadis kastil.
"Kamu boleh menangis sedih karena tidak memiliki ayah. Kamu boleh menangis saat merasa sedih dan sendirian. Menangis itu manusiawi. Jangan menahan semuanya karena terasa sesak" tambah anak laki-laki lagi sambil menuntun gadis kastil ke arah pohon besar.
Anak laki-laki meraih kedua tangan gadis kastil dan menaruhnya di pohon. Gadis kastil terlihat memeluk pohon besar walaupun tangan yang dilingkarkan di batang pohon tidak bisa diraih sepenuhnya.
"Kamu bisa memeluk pohon sambil bersandar dan berbicara dalam hati kepada pohon-pohon. Mereka pendengar yang setia walaupun kamu tidak mendengar jawaban melalui suara secara langsung, tetapi mereka menjawabmu dengan perlindungan ranting dan daun-daun yang ditiup angin" kata anak laki-laki.
Gadis kastil memeluk pohon besar itu dengan erat sambil menangis pelan-pelan karena malu terdengar anak laki-laki. Anak laki-laki duduk di atas rumput sambil memandangi gadis kastil dan menyatukan kedua tangannya sambil berdoa dalam hati agar gadis kastil merasa tenang. Setelah selesai menangis, gadis kastil berterimakasih kepada pohon besar dan anak laki-laki karena sudah membantunya. Mereka berjalan dan berpisah sambil melompat-lompat melambaikan tangan. Gadis kastil mulai merasakan sesuatu yang berbeda di perasaaanya, tetapi ia tidak mengerti.
Apakah kamu juga memiliki bangunan yang rasanya mirip gadis kastil? Rasa sakit tidak bertahan lama. Pada dasarnya kita mencari kebenaran, pujian, keadilan, kata-kata manis yang sedap didengar, kebaikan walapun kita lahir dari rasa sakit. BERTAHANLAH!
Kita akan terus menemani gadis kastil sambil menghiburnya.
Salam hangat,
Pengasuh gadis kastil
Komentar
Posting Komentar